Keuntungan seperti apa
yang kita inginkan dalam melakukan investasi? Tentu saja jawabannya pasti
keuntungan yang tinggi. Lalu bila kita ditanya, sebesar apa resiko yang berani
ditanggung? Pasti jawabannya sekecil mungkin, atau bahkan tidak ada resiko sama
sekali. Pada kenyataan tidak ada investasi yang menghasilkan keuntungan besar
tapi tidak memiliki resiko. Di dunia investasi dikenal high risk high return, semain besar potensi keuntungan yang kita
dapat maka semakin besar pula resiko yang akan kita tanggung.
Kita tidak dapat
menghilangkan resiko, tetapi kita dapat meminimalisir resikonya. Ingat, jangan
menaruh telur-telur dalam satu keranjang. Artinya, dana-dana kita jangan
diinvestasikan ke dalam satu portofolio saja.
Melalui produk bank kita
memperoleh pendapatan berupa bunga, tetapi tidak besar. Bajkan untuk tabungan
hanya sebesar 2% saja, sementara deposito sebesar 6%. Padahal inflasi di
Indonesia sebesar 5 – 8% saat ini. Jadi jika kita menempatkan dana dalam produk
perbankan maka investasinya tidak bertumbuh. Untuk itu diperlukan beragam jenis
investasi yang dapat memberikan hasil sama bahkan melebihi inflasi. Beberapa
diantaranya adaalah :
Emas – Penyimpanannya
Emas
adalah salah satu jenis investasi yang sudah lama dikenal. Orang tua kita
sering menasihatkan untuk selalu membeli emas. Emas juga jenis investasi yng
cukup murah dalam kata lain bermodal sedikit. Kita dapat membeli emas satu gram
seharga sekitar Rp. 400.000 hingga Rp. 500.000 saat ini. Nilai emas dalam
jangka waktu pendek memang sangat fluktuatif. Tetapi dalam jangka lama
memberikan kenaikan yang cukup besar. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir
emas naik sekitar 400%. Nilainya dapat mengimbangi inflasi. Jadi uang yang kita
miliki tidak berkurang karena inflasi. Untuk menjual logam mulia ini sangat
mudah. Tetapi investasi dalam bentuk logam mulia ini juga mengandung resiko.
Misalnya, kehilangan. Bank-bank menyediakan safe deposit box (SDB) untuk tempat
menyimpan emas yang aman, tetapi itu tanpa resiko. Maklum, seringkali
kehilangan tidak hanya terjadi pada waktu penyimpanan tetapi juga dalam
perjalanan. Untuk menyewa SDB kita juga perlu mengeluarkan biaya sewa. Dengan
dikeluarkan biaya maka investasi kita juga jadi berkurang keuntungannya. Dengan
kata lain, hasil investasi kita tidak maksimal.
Properti – Lokasinya
Lokasi
adalah hal yang paling penting dalam investasi properti. Lokasi yang strategis
misal dekat akses jalan tol dan dekat pusat kegiatan menjadi incaran para investor
properti. Yang harus dihindarkan adalah lokasi yang rawan banjir atau bencana
alam. Jika kita salah memilih lokasi dapat dipastikan investasi kita tidak akan
mendapat keuntungan. Harga properti meningkat seiring dengan waktu karena
naiknya inflasi. Harga properti naik juga karena terbatasnya lahan yang ada
serta adanya kebutuhan akan rumah. Investasi properti memerlukan modal yang
besar dari ratusan juta hingga milyaran rupiah. Selain modal yang besar untuk
membeli properti kita juga perlu memikirkan biaya perawatan bangunan dan
membayar pjak bumi dan bangunan (PBB) setiap tahunnya. Biaya yang kita
keluarkan untuk perawatan dan membayar pajak tersebut dapat diganti jika kit
mendapat penghasilan dari properti tersebut. Misalnya dengan menyewakan atau membuat
rumah kos. Untuk membuat rumah kos juga tidak mudah karena kita perlu waktu
untuk memonitor rumah kos tersebut. Rasio likuiditas adalah resiko investasi
properti, karena besarnya nilai properti tersebut sehingga kita kesulitan untuk
menjualnya dengan cepat. Jadi kita tidak akan dapat dengan cepat mendapatkan
uang tunai dari hasil menjual properti ini.
Reksadana – Seleksi Resiko
Reksa
dana dapat menjadi salah satu solusi untuk mencapai tujuan keuangan kita dalam
jangka menengah hingga panjang. Reksa dana umumnya terdiri dari reksa dana
pasar uang, reksa dana pendapatan tetap (obligasi), reksa dana campuran dan
reksa dana saham. Imbal hasil reksa dana pasar uang yang paling rendah dari
pada reksa dana yang lain sedangkan reksa dana saham mempunyai imbal hasil yang
paling besar. Tetapi reksa dana saham paling tinggi resikonya, sedangkan reksa
dana pasar uang yang paling rendh resikonya. Berinvestasi pada reksa dana dapat
dilakukan dengan modal kecil, cukup Rp.200.000. kita juga tidak harus mempunyai
keahlian dan waktu untuk memonitor dana kita karena ada manajemen investasi
yang akan mengalokasikan dana kita dana memonitornya. Kita dapat mengambil uang
yang kita investasikan karena pasar sedang tidak bbagus. Resiko tidak adanya
dana tunai dari manajer investasi karena adanya penarikan secara masal pada
hari yang sama.
Berbisnis – Ditangani Sendiri
Investasi
dapat kita lakukan langsung ke dalam bisnis. Modal yang kita butuhkan mulai
dari jutaan rupiah hingga ratusan juta rupiah bahkan dapat mencapai milyaran
rupiah. Namun kita harus secara langsung terlibat dalam bisnis kita. Jika harus
membayar seorang manajer untuk mengelola bisnis kita harus dipastikan dia
mempunyai integritas kemampuan. Dalam berbisnis kita harus mengetahui seluk
beluk dari industri bisnis kita termasuk jika kita menyerahkan kepada manajer. Dengan
mendalami bisnis ini maka kita mengetahui kekuatan dan kelemahan dari industri
usaha kita.
Dalam
berinvestasi kita jangan serakah, agar tidak mudah terpancing oleh investasi
palsu yang memberikan janji return besar setiap bulannya. Pilih investasi yang
sesuai dengan dana kita jangan memaksakan. Investasi yang kita akan pilih bukan
karena ikut-ikutan tetapi karena kita sudah mengerti dan memahami jenis
investasi tersebut. Pilih investasi yng sesuai dengan karakter/profil resiko. Kita
harus ingat tujuan dari investasi tersebut apakah jangka pendek menengah atau
jangka panjang sehingga kita tidak tergoda untuk mencairkan investasi kita. Jangan
pernah berhenti belajar dan bertanya dalam berinvestasi.
Sumber
: majalah Ide Bisnis edisi 18 / November 2011 dan www.mre.co.id